Laman

Minggu, 15 Mei 2011

9 Tips Mengembangkan Kecerdasan Emosional (EQ) Anak

Emotional Intelligence, atau EQ, merupakan indikator nonintelektual, yang berupa sifat psikologis individu. Jika seorang anak menunjukkan sifat suka menyendiri, perilaku yang abnormal, sulit bekerja sama, memiliki perasaan rendah diri, sangat rapuh dan tidak mampu menghadapi rintangan, sering menunjukkan ketidaksabaran, egois atau kurang memiliki kestabilan emosi, semuanya mungkin saja mengindikasikan EQ yang rendah.

EQ sangat penting untuk keberhasilan hidup seseorang. Oleh karena itu, bagaimana membina dan meningkatkan EQ seorang anak menjadi masalah yang sangat penting. Hal-hal berikut ini memberikan panduan tentang cara membina EQ seorang anak.

1. Mendidik anak-anak untuk bertahan dalam situasi sulit

Ada cerita nyata tentang sekelompok anak yang pergi ke gunung untuk piknik. Mereka tersesat dalam perjalanan pulang dan harus menghadapi malam dalam keadaan lapar, lelah dan penuh ketakutan. Mereka merasa tidak punya harapan dan malam itu dilalui dengan penuh air mata. Salah satu anak berkata sambil menangis: Tidak ada yang akan menemukan kita dan kita semua akan mati di sini. Namun, Evelyn yang berumur 11 tahun berdiri dan berkata dengan tegas: "Tidak! Saya tidak akan mati! Ayah saya mengatakan bahwa selama kita berjalan mengikuti aliran, aliran akan membawa kita ke sebuah sungai, yang pada akhirnya membawa kita ke sebuah kota kecil. Saya berencana untuk berjalan di sepanjang sungai, kalian boleh mengikuti saya jika mau. Dipimpin oleh Evelyn, mereka berhasil keluar dari hutan. Kepercayaan diri, keberanian dan tekad yang dimiliki oleh Evelyn bukanlah sifat bawaan, tetapi adalah hasil asuhan, pendidikan dan pengaruh keluarga.

2. Menanamkan ketahanan dan pengendalian diri

Bagaimana cara melatih anak agar mampu mengendalikan diri? Misalnya, ketika anak menghabiskan uang saku mingguan lebih cepat dari yang seharusnya, orang tua dapat berkata: “Jika kamu berhasil menyimpan setengah jatah uangmu minggu ini, akan Ayah gandakan jumlah uang sakumu minggu depan.Jika kamu terbiasa menyimpan uang, walaupun itu hanya dalam jumlah kecil, kamu akan mampu membeli barang yang lebih besar.“

Hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak saat menghadapi tantangan, seperti misalnya gagal ujian atau mendapat nilai tes yang buruk. Orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk berusaha lebih keras dan tidak menyerah. Dengan kata lain, orang tua perlu mengajarkan mereka agar tahan dalam menghadapi rintangan.

3. Menghadapi dunia luar

Karena terlalu khawatir, banyak orangtua melarang anaknya pergi ke luar sendirian. Karena hal ini, anak-anak jadi kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan bertemu orang baru. Ketika anak kecil melihat seseorang yang tidak ia kenal, ia mungkin akan menangis atau memilih menyendiri. Setelah tumbuh dewasa, mereka menjadi sensitif dan kurang berani untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kurang percaya diri menyebabkan mereka tidak punya banyak teman. Ketika dewasa, mereka akan sulit mencapai potensi penuh yang dimiliki serta menghadapi kesulitan berurusan dengan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk memahami dunia luar. Orang tua juga harus memberikan kesempatan berinteraksi lebih banyak untuk anak-anak yang penakut. Seorang anak yang mampu menghadapi masyarakat tanpa rasa takut juga akan lebih percaya diri saat berhadapan dengan guru dan rekan-rekannya di sekolah.

4. Menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas dan imajinasi

Anak-anak secara bawaan dilahirkan dengan rasa ingin tahu, sehingga, secara alami anak kecil akan tertarik menyentuh sesuatu, merasakan hal-hal dan bahkan membongkar barang-barang yang ia temui. Kadang-kadang, mereka bisa saja membuat berantakan seisi rumah. Ini adalah ekspresi dari kehausan mereka akan pengetahuan dan cara yang penting bagi mereka untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan cara ini, mereka juga berusaha untuk memahami bagaimana sesuatu bekerja. Orang tua harus dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak. Ini dapat diwujudkan dengan menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu serta menggunakan barang-barang yang mereka minati.

5. Beri anak-anak kesempatan untuk melatih cara pikir mereka

Seorang anak laki-laki tidak bisa menaiki anak tangga karena dia terlalu kecil. Dia meminta ibunya untuk mengangkatnya. Ibunya berkata: “Kamu bisa melakukannya, coba gunakan akal dan pikirkan sejenak bagaimana melakukannya.” Kemudian, anak itu punya. ide: “ Jika saya pindahkan boks mainan saya di sini, saya dapat menggunakannya untuk pijakan”. Anak itu berpikir dan berusaha memecahkan masalah berkat nasihat ibunya. Hal ini memotivasi anak untuk menciptakan solusi. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak pendekatan masalah yang bisa dilakukan selama kita mencurahkan waktu sejenak untuk memikirkannya.

6. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan

Seorang gadis yang adalah pesenam berbakat berumur 12 tahun berbicara dengan pelatih senam kelas atas. Alih-alih meminta dia menunjukkan keterampilan senamnya, pelatih memberikan empat anak panah kecil kepadanya. Pelatih kemudian meminta dia melemparkan anak panah pada target di seberang kantornya. Gadis kecil dengan takut bertanya: ”Bagaimana jika saya meleset?” Pelatih memberitahu dia: “Anda harus berpikir tentang sukses, bukan sebaliknya.” Gadis itu melemparkan anak panah satu demi satu dan akhirnya berhasil mengenai pusat sasaran. Ajarkan pada mereka untuk pertama-tama berpikir akan kesuksesan, dan bukan kegagalan.Rasa percaya diri dan sikap positif akan membimbing mereka menuju jalan keberhasilan. Orang-orang sukses pertama-tama percaya bahwa mereka dapat berhasil.

7. Menangani masalah harga diri anak

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak akan membuat kesalahan. Jangan selalu berteriak pada mereka, seperti misalnya: “Mengapa kamu tidak pernah mendengarkan!” atau “Jangan sentuh ini! Jangan sentuh itu!” Perkataan-perkataan tersebut melemahkan rasa percaya diri dan harga diri anak.

Jika mereka melakukan perbuatan nakal atau merepotkan sekali-sekali, itu bukanlah masalah yang besar. Selalu berteriak dan bereaksi dengan keras terhadap setiap hal yang anak perbuat bisa jadi lebih berbahaya dan merusak dibanding kerusakan fisik yang anda tanggung pada barang-barang anda.

8. Lebih banyak dorongan dan dukungan

Tumbuh berkembang tidak akan pernah mulus sepanjang jalan. Akan ada tawa, air mata, frustrasi, serta kegagalan. Ketika beberapa aspirasi tidak tercapai, anak-anak membutuhkan lebih banyak dorongan dan bantuan dari Anda. Jangan ikut menurunkan semangat mereka. Jaga agar mereka senantiasa merasa terdukung. Mimpi adalah bahan bakar yang memotivasi kesuksesan.

9. Tanamkan rasa hormat pada orang lain, kerjasama dan semangat kerja tim

Masyarakat adalah kelompok kolektif dan semuanya berlangsung melalui hubungan antarindividu. Itulah sebabnya kita perlu belajar untuk berkomunikasi dengan semua orang dan saling melengkapi keunggulan satu sama lain. Orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka apa itu kerjasama yang baik. Dengan mengajarkan mereka untuk menghormati orang lain dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda, mereka dapat memiliki hubungan interpersonal yang lebih harmonis.

Keadaan emosional terbaik untuk anak-anak adalah kondisi yang penuh dengan kebahagiaan dan antusiasme. Ini adalah suatu keadaan di mana mereka memiliki hubungan interpersonal yang harmonis. Pada keadaan ini, mereka mengembangkan semua potensi mereka, menempatkan semua keterampilan dan bakat untuk digunakan secara penuh.
(ditulis dari berbagai sumber)

Jumat, 15 April 2011

PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN ( PAKEM ) di Sekolah Dasar


Pembelajaran layaknya berlangsung dalam suasana yang kondusif, baik bagi Guru, terutama bagi siswa, di sekolah dasar telah lama dikembangkan pola pembelajaran yang menyenangkan (Joyful learning), tetapi tentunya bukan sekedar menyenangkan tetapi juga harus bermakna. Pembelajaran akan bermakna jika ada lesson point yang di dapat oleh siswa bahkan juga guru pada tiap kurun pembelajaran. Lesson point akan didapat jika pembelajaran berkesan, berkesan jika melibatkan semua indra dan aktivitas yang menarik.

A.   Mengapa PAKEM

Pada dasarnya belajar adalah proses individual, walaupun kebanyakan kelas disusun secara klasikal tetapi perhatian guru tetap harus individual, karena setiap anak mempunyai kekhasannya sendiri, dan mmemiliki tingkat perkembangannya sendiri.

Kedua, Belajar juga merupakan proses sosial, terutama di SD, belajar secara bersama dan memecahkan masalah secara kelompok akan saling menunjang dan saling membelajarkan.
Ketiga, Pembelajaran haruslah dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga setiap peserta didik mempunyai kesiapan untuk belajar.

Keempat, belajar merupakan suatu proses yang terus menerus tiada henti, belajar sepanjang hayat, belajar sesuatu hal sebagai pijakan untuk belajar hal lain lebih lanjut.

Kelima, belajar adalah suatu proses membangun makna, dimana setiap proses belajar harus bermakna bagi proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis, dalam suasana yang menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru.

Selain itu ada perubahan paradigma dalam pembelajaran yaitu dari Mengajar menjadi Pembelajaran ( teaching ---- learning), dan dalam penilaian proses dan hasil belajar harus berlangsung terus menerus dengan perbaikab-perbaikan pada setiap tahapnya (continous improvement)

Dengan demikian PAKEM mengandung makna pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Selain itu juga diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif/bermakna yang mampu memberikan siswa keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk hidup.


 B.   Ciri Pembelajaran PAKEM

Ciri pembelajaran yang disebut PAKEM antara lain menggunakan multi metode dan multi media, melibatkan semua indera, dengan praktik dan bekerja dalam tim, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran juga perlu melibatkan multi aspek yaitu logika, kinestika, estetika dan etika.

Dengan kata lain pembelajaran perlu mengaktifkan siswa dan guru, membuat kreatif pembelajarnya, hasilnya efektif dan tentu saja semua berlangsung dengan menyenangkan.

C.   Komponen Utama PAKEM

  1. Kurikulum dan perangkatnya
  2. Sarana dan prasarana yang diperlukan
  3. Sumber daya Manusia,yaitu, guru dan tenaga kependidikan lainnya
  4. Manajemen yang tertib, teratur dan transparan serta akuntabel
  5. Didukung penilaian yang berkelanjutan

Semua itu perlu diarahkan pada Standardisasi mutu pendidikan secara berkelanjutan dalam menghadapi tuntutan lokal, nasional dan global.
Juga perlu dukungan secara aktif dari peran serta masyarakat dan sistem manajemen berbasis sekolah

D.   Aktif, Kreatif dan Menyenangkan

  1. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran perlu mengaktifkan semua siswa dan guru, baik secara fisik ( termasuk segenap indera) maupun mental, bahkan moral dan spiritual. Misalnya kalau kelas sedang belajar tentang sifat-sifat air (IPA), lalu ada percobaan atau eksperimen sederhana, sehingga secara fisik aktif semua indera terlibat, juga berfikir dan menganalisis kenapa permukaan air selalu datar walaupun wadahnya dimiringkan misalnya, terus dikaitkan dengan kebesaran Tuhan menciptakan air bagi kesejahteraan hidup manusia, oleh sebab itu perlu dijaga kelestariannya.

  1. Pembelajaran yang kreatif mempunyai makna, tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan acuan kurikulum, karena kurikulum sekedar dokumen dan rencana, maka perlu dikritisi, perlu dikembangkan secara kreatif, ada seribusatu jalan untuk mempelajari dan memperdalam satu kompetensi tertentu. Jadi ada kreativitas pengembangan kompetensi dasar dan juga ada kreativitas dalam pelaksanaannya di kelas, termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber, bahan dan sarana untuk belajar.
 Lingkungan dapat bermakna lingkungan fisik, dan sosial, fisik bisa berupa lingkungan alam dan gejala alam sedang lingkungan sosial merupakan segala perilaku manusia dan hubungannya dengan manusia lain, maupun terhadap lingkungan alam. Misalnya pasar, sikap berlalulintas, pelestarian dan perusakan lingkungan oleh manusia dan sebagainya.

  1. Pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang yang “didapat” oleh siswa, bahkan gurupun pada setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Agar kita tahu apakah pembelajaran di kelas kita efektif atau tidak, setiap akhir pembelajaran perlu kita lakukan evaluasi, evaluasi yang dimaksudkan disini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi sejenis “perenungan” yang dilakukan oleh guru dan siswa (refleksi) dan didukung oleh data catatan guru, salah satunya mungkin hasil latihan/sejenis tes lisan, tulis maupun perilaku.

Kemudian barulah kita simpulkan sudahkah tujuan yang kita tetapkan telah tercapai, seberapa besar pencapaiannya, apa kekurangan dan kelebihannya serta apa tindaklanjut dan rencana kita berikutnya, yang berupa program perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.

  1. Pembelajaran yang menyenangkan harus dimaknai secara luas tidak sekedar menyenangkan, tetapi pembelajaran juga harus dapat “dinikmati” oleh pembelajarnya. Pembelajaran dapat dinikmati jika pembelajaran tersebut “mengasyikkan”. Mengasyikkan tidak sekedar menyenangkan tetapi ada unsur ketekunan, inner motivation, setelah mengetahui sesuatu hal selalu ingin tahu lebih lanjut, dan mempunyai ketahanan belajar lebih lanjut. belajar itu harus Menyenangkan, Mengasyikkan, Menguatkan dan Mencerdaskan. Selain itu siswa harus dilatih Olah Pikir, Olah Hati,  Olah Rasa dan Olah Raga.

Disisi lain pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berfikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi positifnya secara optimal. Menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai semangat kompetitif dalam nuansa kebersamaan.  Sekolah, guru, serta media dan sarana yang ada hanya mendukung dan memfasilitasi. Namun, walaupun hanya memfasilitasi sekolah dan guru serta stakeholder lain termasuk pemerintah haruslah mengupayakan agar potensi yang ada, serta inner motivation dan kemandirian siswa dapat terbentuk.

Pembelajaran juga perlu memberikan tantangan untuk memotivasi rasa ingin tahu dan belajar lebih lanjut, kreatif dan inovatif, tekun dan menyadari potensi diri, yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Pembelajaran juga harus memacu semangat kompetitif. Jadi tidak sekedar Joyful dalam arti bersenang-senang dan bergembira bersama saja.

Bagaimana dengan reward and punishment ? Tentu saja penghargaan, apapun bentuknya mulai dari tanda bintang, sertifikat atau sekedar pujian perlu diberikan dan direncanakan dengan baik oleh guru kelas bersama kepala sekolah. Sedangkan “hukuman”, sebaiknya ditiadakan sama sekali, tidak ada lagi hukuman apapun bentuknya. Tetapi diganti dengan kesepakatan bersama dengan seluruh anggota kelas “sanksi” apa yang harus di berikan jika melanggar kesepakatan, dilaksanakan secara demokratis dan transparan, berlaku untuk semua warga kelas/sekolah termasuk guru. Sanksipun harus dipilih yang memotivasi dan merupakan bagian dari pembelajaran. Misalnya membuat kliping, menyusun karya tulis/mengarang, memecahkan masalah dan sebagainya. Sanksi juga tidak boleh memberatkan dan memberikan beban mental.

Lebih bagus lagi kalau kata “sanksi” diganti dengan “konsekuensi”. Dengan demikian semua siswa menyadari bahwa konsekuensi tertentu harus dilaksanakan bukan dari guru atau hukuman dari orang lain tetapi memang merupakan konsekuensi yang ditetapkan oleh sistem/kesepakatan yang telah disepakati bersama. Hal ini dimaksudkan untuk melatih disiplin, mentaati aturan yang disepakati bersama.

Dengan demikian pembelajaran perlu memperhatikan banyak aspek, termasuk juga bagaimana agar siswa mampu bekerja dalam tim/kelompok, mampu menampilkan gagasannya secara runtut dan sistematis baik secara lisan maupun tulis.
Wah !, kalau begitu rumit urusannya pembelajaran itu!. Sama sekali tidak !, aspek-aspek tersebut perlu disadari dan dipahami oleh setiap fasilitator atau guru. Jika ada peluang untuk diterapkan, maka dilaksanakan, tentunya ada aspek tertentu yang dominan pada pembelajaran suatu kompetensi tertentu. Tentu saja tidak semua aspek harus selalu masuk pada setiap pembelajaran. Setidaknya pada saat menyusun rencana pembelajaran aspek-aspek tersebut diperhatikan dan dipertimbangkan. Intinya potensi anak kita kembangkan secara optimal, dan utuh sesuai kemampuannya, sehingga sesuai harapan menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

Joyful Learning hanya sebagian dari Pakem dan Pakem hanya sebagian dari Pembelajaran seutuhnya  yang melibatkan banyak aspek.  Jelasnya setiap pembelajaran harus berbasis pada kehidupan.

Pada setiap pembelajaran setidaknya ada dua hal yang perlu dilatihkan dan dikuasai. Pertama substansi yang dipelajari, seperti misalnya IPA, Matematika, IPS, Bahasa dan sebagainya, yang kita kenal sebagai subject matter/ matapelajaran.   Kedua, Personal Performance/Kinerja, seperti misalnya, kemampuan berfikir kritis dan analitis, bekerja dalam teamwork, trampil mengemukakan pendapat secara sistematis, menghargai pendapat orang lain, tekun, disiplin, memahami etika dan estetika dan sebagainya.  


 E.   Dengan pembelajaran yang PAKEM kita harapkan :

  • Belajar akan lebih efektif
  • Anak lebih kritis dan kreatif
  • Suasana dan pengalaman belajar bervariasi
  • Meningkatkan kematangan emosional/sosial
  • Produktivitas siswa tinggi
  • Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan

Dengan demikian jika semua itu dilaksanakan dengan baik, mulai dari yang
sederhana sesuai kemampuan, secara bertahap dan berkelanjutan mengarah pada kesempurnaan yang terus kita tingkatkan, maka benarlah bahwa pembelajaran itu memang mengasyikkan, menyenangkan dalam arti luas dan dapat dinikmati baik oleh pembelajar Maupin guru. Selamat menikmati setiap moment pembelajaran yang telah kita rancang sendiri.

Rabu, 09 Maret 2011

BUDAYA SUBANG

  1. Kesenian Doger Kontrak

Doger Kontrak merupakan kesenian rakyat Subang yang sudah mulai tumbuh kembang sebelum perang kemerdekaan (1945), bermula pada saat perusahan perkebunan The P&T Lands yang saat itu dikuasai oleh pemerintahan Belanda mengijinkan pertunjukan doger di kontrak-kontrak perkebunan yang ada di daerah Subang sebagai balas budi para buruh dan hiburan. Sebelumnya para buruh perkebunan tidak diperbolehkan atau tidak diijinkan berhubungan dengan kehidupan luar.

Doger kontrak mempunyai perbedaan dengan doger pada umumnya, pada doger kontrak ada perpaduan antara tradisi (Ketuk Tilu) dan Tari Keurseus.

  1. Kesenian Gembyung

Gembyung adalah ensambel musik yang terdiri dari beberapa waditra terbang dengan tarompet yang merupakan jenis kesenian bernafaskan Islam. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidak menggunakan waditra tarompet.

Gembyung merupakan jenis kesenian tradisional khas daerah Subang yang sampai sekarang masih terus dimainkan. Gembyung biasa dimainkan untuk hiburan rakyat seperti pesta khitanan dan perkawinan atau acara hiburan lainnya dan juga digunakan untuk upacara adat seperti halnya Ruatan bumi, minta hujan dan mapag dewi sri. Dalam perkembangannya saat ini, gembyung tidak hanya sebagai seni auditif, tapi sudah menjadi seni pertunjukan yang melibatkan unsur seni lain seperti seni tari.


  1. Budaya Mapag Dewi Sri

Sama halnya dengan Ruwatan Bumi yaitu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat di desa Cibeusi Jalan Cagak, sebagai perwujudan rasa syukur para petani kepada Tuhan YME yang telah menganugerahkan pangan yang bagus dan melimpah. Upacara ini juga merupakan perwujudan rasa hormat para petani kepada Dewi Sri, yang identik dengan Dewi padi lambang kesuburan dan kehidupan. Serta salah satu upaya untuk melestarikan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun

  1. Budaya Nadran

Nadran merupakan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir laut di desa Blanakan Kabupaten Subang. Upacara Nadran telah dilaksanakan oleh masyarakat desa Blanakan semenjak tahun 1950 yang dilaksanakan secara turun temurun karena amanat dari nenek moyang penduduk desa Blanakan supaya melaksanakan upacara nadran setiap tahunnya yang biasanya dilaksanakan pada bulan Agustus.
Upacara nadran bermula dari cerita Budug Basu yang mengisahkan naga paksa turun ke bumi dari khayangan dan mengawini orang bumi. Ketika sedang bertelur naga paksa diutus untuk kembali ke khayangan pada saat melewati daratan, telur naga paksa jatuh dan menjelma sebagai Sapi bumerang menjadi hama, kemudian telur naga paksa jatuh di pesawahan yang menjelma menjadi dewi sri. Di atas lautan telur naga paksa jatuh kembali dan menjelma menjadi budug basu yang menjadi raja ikan.
Masyarakat sekitar selalu menjaga kebenaran akan cerita bahwa budug basu menjadi raja ikan, sehingga upacara nadran selalu dilaksanakan supaya hasil tangkapan dapat melimpah.


  1. Budaya Ruwatan Bumi
Ruwatan bumi adalah salah satu upacara adat masyarakat agraris yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Subang, tepatnya di kampung Banceuy Wangunharja. Ruwatan berasal dari kata rawat atau merawa artinya mengumpulkan atau merawat yaitu mengumpulkan seluruh masyarakat kampung serta mengumpulkan semua hasil bumi, baik yang masih mentah maupun yang sudah diolah.
Upacara Ruwatan Bumi ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan YME atas keberhasilan hasil panen pertanian dan sebagai tolak bala serta ungkapan penghormatan terhadap nenek moyang mereka yang telah berjasa meningkatkann taraf hidup di kampung Banceuy tersebut. Di kampung Banceuy ini acara Ruwatan Bumi telah dilaksanakan semenjak tahun 1800 masehi.


  1. Kesenian Sisingan
Keseniaan Sisingaan merupakan salah satu kesenian daerah yang sampai sekarang masih berkembang dengan baik di daerah Subang, bahkan kesenian ini sudah terkenal sampai ke manca negara. Kesenian Sisingaan telah dimainkan oleh rakyat Subang pada saat melawan penjajahan dulu sebagai symbol pelecehan terhadap penjajah, yang pada waktu itu adalah negara agraris. Dimana lambang negara itu adalah Singa atau Negara yang ditakuti yang dinaiki oleh seorang anak kecil diatas punggungnya yang melambangkan bahwa rakyat Subang tidak takut melawan penjajahan pada saat itu.
Sekarang kesenian sisingaan dimainkan untuk acara-acara khusus seperti penerimaan tamu kehormatan, acara khitanan anak dan sebagainya. Setiap tahunnya diadakan Festival Sisingaan yang diikuti oleh semua Kecamatan yang ada di Subang untuk memeriahkan acara peringatan hari jadi Kabupaten Subang pada tanggal 5 April.

  1. Kesenian Toleat
Toleat merupakan salah satu jenis musik tiup (Aerophone) khas daerah Subang. Toleat biasa dimainkan oleh penggembala di daerah pantura sambil menunggu gembalaanya. Awalnya toleat dibuat dari bahan jerami karena perkembangan jaman dan keawetan bahannya maka sekarang toleat dibuat menggunakan bahan bambu tamiyang, toleat mempunyai nada dasar salendro dan mempunyai delapan lubang nada serta mempunyai suara yang unik menyerupai saxophone, bentuknya mirip dengan suling tetapi mempunyai rit yang dibuat dari kayu berenuk.
Toleat dapat dipadukan dengan beberapa jenis alat musik lain sehingga dapat menghasilkan jenis musik yang bagus. Biasanya toleat dipadukan dengan kecapi dan kendang, bahkan sekarang ini toleat dikolaburasikan dengan alat musik modern seperti keyboard.



Selasa, 08 Maret 2011

Upacara Ketiga dan Sumber Kedaulatan Indonesia

Oleh : Redaksi-kabarindonesia | 08-Mar-2011, 10:36:01 WIB 


KabarIndonesia - Penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dilakukan dalam dua upacara, tapi sebenarnya ada upacara yang ketiga yang lebih penting lagi.
Upacara ini menegaskan bahwa sumber kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka tetap proklamasi 17 Agustus 1945.Selama ini, soal penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, kita mengenal dua upacara. Upacara pertama berlangsung di Amsterdam, di Istana Op de Dam, dihadiri oleh Wakil Presiden Mohamad Hatta, sekaligus perdana menteri, sebagai pemimpin delegasi Indonesia dan Ratu Juliana serta segenap kabinet Belanda. Upacara kedua berlangsung di Istana Negara, Jakarta, dihadiri oleh wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia Tony Lovink dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sebagai wakil perdana menteri.

Kecelakaan Kecil
Tapi tahukah Anda ada upacara ketiga yang berlangsung di Yogyakarta? Dan itu terjadi antara pihak Indonesia sendiri? Kisah tentang upacara ketiga ini tertera dalam buku De Garoeda en de Ooievaar, artinya Garuda dan Burung Bangau, karya Herman Burgers. Sebagai orang Belanda yang mengikuti upacara penyerahan kedaulatan itu dari jarak tidak sampai 100 meter dari Istana Negara di Jakarta, Herman Burgers yang sekarang berusia 86 tahun, dalam buku setebal 800 halaman, menuliskan pengalamannya menjadi saksi terbentuknya Indonesia merdeka.
Herman Burgers: Saya berada di Jakarta pada tanggal 27 Desember 1949, ketika berlangsung upacara penyerahan kedaulatan itu. Tidak banyak yang saya lihat, karena sebagai militer, pada hari itu dan keesokan harinya, kami berada di dalam tangsi, tidak boleh keluar. Saya berada di dalam, tapi mengikuti semuanya melalui siaran radio. Luar biasa. Itu adalah siaran radio yang panjang. Dimulai dengan upacara di Batavia, upacara penyerahan pemerintahan kepada Sultan Hamengku Buwono IX oleh Wakil Tinggi Mahkota Belanda Tony Lovink. Sesudah itu diperdengarkan upacara yang berlangsung di Amsterdam, di Istana Op de Dam. Di situ Ratu Juliana menyerahkan kedaulatan Belanda atas Hindia Belanda kepada Mohamad Hatta, pemimpin delegasi Indonesia. Itulah yang kami dengar. Ada satu saat yang selalu saya ingat, walaupun itu hanya saya ketahui melalui siaran radio, dan tidak melihatnya sendiri. Sesudah penandatanganan itu, Sultan Hamengku Buwono dan Tony Lovink keluar, berdiri di depan Istana. Di sana bendera Belanda diturunkan lalu, sebentar terdengar sorakan, tapi segera berhenti. Tampaknya orang Indonesia juga menganggapnya sebagai saat yang dramatis. Mereka lalu diam. Suasana sunyi. Sesudah itu bendera Indonesia dikibarkan. Ada kecelakaan kecil, karena bendera itu sempat tertahan. Seorang prajurit Belanda membantu prajurit TNI membereskannya, lalu tibalah saat yang dinanti-nanti, sang saka merah putih berkibar. Dan ribuan orang bersorak-sorai. Itu saya dengar dari radio. Tapi saya juga mendengar sorakan aslinya, karena waktu itu saya tidak jauh dari Istana. Yang kami dengarkan adalah siaran dalam bahasa Belanda. Yang masih saya ingat adalah, sebelum itu siarannya selalu diakhiri dengan kalimat "Anda telah mendengar siaran radio zaman peralihan." Tetapi selesai upacara penyiarnya mengakhiri siaran dengan kalimat: "Demikian siaran Radio Republik Indonesia." Saya kaget, mengapa begitu? Tapi saya segera sadar, sekarang sudah menjadi Radio Republik Indonesia. Batavia juga sudah menjadi Jakarta.  

Dua Sumber
Dari penuturan Herman Burgers tadi bisa disimpulkan ada dua upacara pada tanggal 27 Desember 1949 itu, upacara pertama berlangsung di Jakarta dan kedua di Amsterdam. Tetapi masih ada upacara penyerahan kedaulatan yang ketiga. Upacara ini tidak disiarkan oleh radio. Herman Burgers:
Di Yogyakarta juga berlangsung upacara di Gedung Negara, yang merupakan rapat KNIP Komite Nasional Indonesia Pusat. Soekarno, pada pertemuan ini, pertama-tama menyerahkan tugas-tugas kepresidenannya untuk sementara kepada Assaat, ketua KNIP. Sesudah itu, Assaat, sebagai wakil Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945, menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat yang diwakili oleh presiden terpilihnya, itulah Soekarno sendiri. Yang bagi saya penting adalah tindakan simbolisnya. Assaat menyerahkan sebuah kotak kayu berisi bendera yang pada tanggal 17 Agustus 1945 dikibarkan di Pegangsaan Timur 56. Bendera itu dijahit sendiri oleh Fatmawati. Upacara ini harus berlangsung karena kedaulatan Indonesia tidak hanya berdasarkan pada yang diterimanya dari Belanda. Itu bisa dikatakan sebagai pengakuan dan penarikan mundur Belanda. Selain itu kedaulatan Indonesia pertama-tama juga didasarkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945. Itulah sumber dan fundamen kedaulatan Indonesia. Kedaulatan itu kemudian diwakili oleh bendera yang berasal dari tahun 1945. Waktu itu bendera ini diserahkan kepada Presiden Soekarno. Jadi bisa disimpulkan bahwa kedaulatan Indonesia berasal dari dua sumber. Sumber pertama adalah kolonialisme Belanda, penyerahannya terjadi di Amsterdam. Dan kedua adalah nasionalisme Indonesia yang diwakili oleh bendera yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kedaulatan yang bersumber pada proklamasi itu jelas luar biasa. India misalnya menerima kedaulatan dari Inggris. Tapi Indonesia dari proklamasinya sendiri. Bisakah dikatakan Indonesia merupakan perkeculian?  

Bukan Dihadiahkan
Herman Burgers:
Memang sulit menemukan contoh lain. Tentu saja Amerika Serikat, yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776. Itu memang berarti perang melawan Inggris sebagai penguasa Amerika. Perang itu berlangsung selama bertahun-tahun. Kemudian, pada tanggal 3 September 1783, di Paris dicapai perjanjian perdamaian antara Inggris dengan Amerika Serikat. Waktu itu Britania mengakui Amerika sebagai negara merdeka. Itu bisa disamakan dengan penyerahan kedaulatan yang berlangsung di Amsterdam. Kedaulatan Amerika Serikat didasarkan pada pernyataan kemerdekaan yang berlangsung tahun 1776. Itu mereka sebut sebagai independence day, hari kemerdekaan. Itulah dasar kedaulatan orang Amerika, dan bukan kesepakatan tahun 1783 dengan Inggris. Itu bukan urusan Amerika, itu cuma pengakuan orang Inggris bahwa mereka kalah dalam menghalangi kemerdekaan Amerika. Kemerdekaan yang sebenarnya bagi Amerika adalah 4 Juli 1776 dan bagi Indonesia adalah 17 Agustus 1945. Patut saya tegaskan upacara di Yogya itu sering dilupakan orang, tapi itu sangat penting karena merupakan bukti bahwa kedaulatan Indonesia bersumber pada proklamasi 17 Agustus. Belanda sampai sekarang tidak pernah mengakui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus itu. Paling banter pada tahun 2005 Belanda hanya menerima secara moral proklamasi itu. Jelas Indonesia juga tidak perlu menuntut  Belanda supaya mengakui 17 Agustus. Justru tanpa pengakuan Belanda, Proklamasi 17 Agustus merupakan kebanggaan Indonesia. Kebanggaan, karena kemerdekaan itu direbut dan diperjuangkan, bukan dihadiahkan.

Senin, 21 Februari 2011

Menggapai Ampunan-Nya dalam Ikhtiar dan Doa

Resensi Buku

Sakit. Kata itu terdengar begitu menyeramkan. Dan saat ia menimpa, yang langsung terpikirkan di dalam benak kita adalah obat, dokter, puskesmas, atau rumah sakit. Salahkah? Tidak, karena memang kita diwajibkan berikhtiar menggapai kesembuhan. Namun, bukan suatu hal yang baik tentunya, bila yang ada di dalam pikiran kita hanyalah obat, dokter, atau rumah sakit, tanpa memperhatikan sisi spiritual (rohani/jiwa). Padahal, sisi inilah yang semestinya pertama kali muncul ketika musibah sakit menimpa sehingga ikhtiar pengobatan yang dilakukan didasarkan atas perintah Allah dan mengikuti ketentuan yang telah digariskan dalam Islam.
Dengan demikian, kita takkan menuhankan dokter, kita takkan beranggapan bahwa dialah yang menentukan sembuh atau tidaknya seseorang. Dengan ilmunya yang serba terbatas, dokter hanyalah menjalankan proses ikhtiar. Selanjutnya, Allahlah yang menentukan berhasil atau tidaknya pengobatan tersebut.
Ketidakpahaman terhadap hakikat sakit, bagaimana semestinya kita bersikap dalam menghadapi musibah tersebut, serta ketidakmengertian kita akan taburan hikmah di balik musibah itu, menyebabkan kita menjadi panik, bersikap reaktif dan emosional, menyalahkan kondisi, bahkan menyalahkan Sang Pencipta. Na’udzubillaahi min dzalik. Walhasil, kita akan semakin didera penderitaan. Bulir-bulir mutiara yang tersembunyi di balik derita yang kita alami pun tak dapat kita temukan.
Buku ‘Sakitku Ibadahku’ ini mengajak kita semua, apa pun profesi kita, untuk mengubah paradigma dari ‘akal sentris’ menjadi ‘Ilahiyah sentris’. Akal merupakan potensi yang diberikan oleh Allah untuk dipergunakan dengan optimal dalam rangka menjalani misi sebagai khalifah di muka bumi. Namun, tidak berarti kita lantas menuhankan akal.
Pola pikir bahwa dokterlah yang menyembuhkan pasien adalah pola pikir yang -–bila tidak diluruskan—- akan menimbulkan sejumlah ekses negatif. Ketika pasien menganggap bahwa kesembuhannya ada di tangan dokter, ketika itu pula ia tengah bersiap-siap ‘menyerang’ dokter bila kesembuhan tak kunjung datang.
Karenanya, segala sesuatu -–yang berkaitan dengan musibah sakit yang menimpa—- harus dilihat dan ditempatkan secara proporsional. Melalui buku ini, kita diharapkan dapat memainkan peran dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Ilahiyah. Saat berperan sebagai dokter atau perawat, kita akan merasa bahwa sikap empati kepada pasien dan keluarga pasien adalah hal yang harus selalu dipraktikkan dalam situasi dan kondisi apa pun.
Bila kita sedang memainkan peran sebagai pasien, sikap optimis tentunya akan selalu kita jaga. Dan bila kita tengah diberikan peran sebagai keluarga atau kerabat pasien, kita tak hanya mencucurkan air mata duka, tetapi dengan tegar memberikan dorongan (support), bimbingan, dan arahan bagi pasien sehingga merasa terayomi.
Buku ini diawali dengan Prolog yang memaparkan bahwa kita tengah berjalan dalam ruang dan waktu yang harus dipahami dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bagian-bagian selanjutnya menjelaskan hakikat sakit (Bab I), apa yang dapat kita lakukan ketika musibah menimpa (Bab II), do’a apa saja yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika sakit (Bab III), bagaimana pelaksanaan shalat saat sakit (Bab IV), makna takdir (Bab V), godaan setan saat sakit (Bab VI), kewajiban keluarga, teman, dan petugas medis (Bab VII), serta diakhiri dengan Epilog berupa ajakan agar kita dapat bersabar dalam menghadapi musibah sakit. Buku ini biasa dibagikan gratis, atau diunduh di link berikut:
http://embunpagi-advertising.blogspot.com/2010/06/buku-open-publish.html